Sekitar hampir tiga tahun lalu, penulis membeli SSD untuk pertama kalinya. Tiga bulan setelahnya, penulis berniat mau melakukan review terhadap SSD tersebut. Tulisannya susah penulis siapkan sekitar 60 persen, hingga akhirnya tertunda hampir 3 tahunan, atau lebih tepatnya 2 tahun 10 bulan dari pertama kali SSD tersebut digunakan.
Kotak Depan SSD Patriot |
Tulisan penulis waktu itu adalah sebagai berikut :
Setelah banyak melihat video review laptop keluaran terbaru di Youtube, kebanyakan dari reviewer entah kenapa begitu alergi dengan namanya HDD (Hard Disk Drive). Mereka mengatakan bahwa saat ini sudah zamannya komputer wajib menggunakan SSD (Solid State Drive).
Tentu saja, hal ini membuat penulis begitu heran, sehingga penasaran bagaimana rasanya menggunakan SSD. Apakah benar seperti yang mereka katakan, terjadi peningkatan performa komputer yang begitu signifikan; proses booting windows, transfer data, instal dan buka program jadi lebih cepat dan singkat?
Untuk itu penulis akan membuktikannya melalui artikel ini, awalnya penulis belum ada niat sama sekali buat beli SSD (sebelumnya hanya sekedar kepengin), namun karena tidak sengaja menemukan SSD Patriot dengan harga promo via flash sale di salah satu platform e-commerce di Indonesia, maka dengan cepat penulis memutuskan untuk memasukkannya ke troli dan lanjut ke pembayaran.
Setelah itu, penulis punya waktu kalau tidak salah sekitar 24 jam sebelum pesanan dibatalkan otomatis. Nah waktu inilah penulis gunakan untuk mencari tau apa dan bagaimana kualitas SSD Patriot sebenarnya, sebelum benar-benar memutuskan untuk membelinya.
Hal itu tak terlepas dari nama Patriot yang masih asing ditelinga penulis , tidak seperti SSD merek dari Samsung, Western Digital, Kingston, Seagate dan Corsair yang sudah sering terdengar dalam dunia media penyimpanan.
Fakta menarik, selama melakukan penelitian sebelum benar benar memutuskan untuk beli, sebelumnya penulis sering tertukar penyebutan antara SSD merek Patriot dan Pioneer (kebetulan keduanya sering muncul di e-commerce dan termasuk murah).
Berikut ini ada beberapa poin yang jadi penentu kuat kenapa penulis memilih untuk membeli SSD ini:
- Seller dikategorikan sebagai Mall (Tingkat branding yang membuat pembeli lebih percaya).
- SSD Patriot dibuat oleh Patriot Memory, asal Amerika (Punya pabrik di Amerika dan Taiwan).
- Harga waktu penulis beli terbilang murah pada zamannya, hanya sekitar 375 ribu untuk kapasitas 240GB, sementara dari merek lain umumnya sekitar 400-650 ribuan untuk kapasitas yang sama.
Catatan : Saat artikel ini terbit, harga SSD sekarang untuk ukuran 240GB mulai dari 215-650 ribuan untuk merek lain.
Setelah membeli SSD ini dan menunggu kurang dari seminggu hingga pengirimannya sampai, setelah itu penulis langsung mencoba SSD ini dengan membongkar laptop penulis dan mengganti media penyimpanan dari HDD menjadi SSD Patriot Burst.
Waktu itu penulis langsung melakukan instalasi ulang Windows dan selanjutnya melakukan instalasi berbagai aplikasi lainnya.
Jujur saja, setelah menggunakan SSD reaksi awal penulis sangat takjub dengan proses booting Windows yang sangat cepat. Tidak hanya itu, penulis juga merasakan perbedaan yang sangat signifikan mengenai performa aplikasi yang jauh lebih meningkat dibandingkan sebelumnya yang hanya mengandalkan HDD.
Hasil Benchmark Awal
Tentu saja penulis melakukan berbagai benchmark untuk menguji kecepatan baca & tulis SSD Patriot ini, dan berikut adalah hasil uji tes pada waktu itu :
Benchmark SSD Patriot saat kondisi masih baru (Partisi C) |
Hasil uji di atas mungkin cukup berbeda jauh dengan apa yang tertulis pada datasheet yang produsen tampilkan yakni sekitar ini, yakni 560 MB/s untuk membaca dan 540 MB/s untuk menulis data.
Penulis sendiri waktu itu telah melakukan uji beberapa kali, dengan hasil yang kurang lebih tidak jauh berbeda, bahkan sering kali berada di bawah angka seperti yang tampak pada gambar di atas.
Hasil Benchmark Pemakaian Hampir 3 Tahun
Benchmark pertama setelah hampir 3 tahun pemakaian (Partisi C) |
Saat melakukan pengujian pertama, jujur saja penulis merasa terkejut dengan hasilnya, khususnya pada kecepatan menulis datanya yang hanya mencapai 12.77 MB.
Benchmark kedua setelah hampir 3 tahun pemakaian (Partisi C) |
Dengan peningkatan yang sedikit itu, penulis meyakini bahwa ada sesuatu yang salah di sini. Untuk itu penulis mencoba melakukan uji benchmark pada partisi disk D, yang mana kapasitasnya sudah terisi 75 persen, atau 75 GB dari kapasitas total 100 GB.
Benchmark ketiga setelah hampir 3 tahun pemakaian (Partisi D) |
Meski tidak seperti saat baru, hasil benchmark partisi D di atas menunjukkan bahwa kecepatan menulis SSD penulis ternyata tidak separah pada partisi C. Walau harus diakui kecepatan membaca dan menulisnya terdapat pengurangan drastis daripada saat baru dibeli.
Karena masih tidak terlalu yakin dengan kecepatan menulis SSD pada partisi C. Penulis pun mencoba melakukan uji nyata dengan menyalin berkas dari partisi D ke C, yang mana artinya data dibaca sekaligus ditulis dari partisi D dan partisi C.
Hasil uji penyalinan data |
Berdasarkan hasil uji di atas, memperlihatkan bahwa benchmark pertama dan kedua pada partisi C di atas ternyata tidak selalu menjamin sama dengan penggunaan dunia nyata seperti misalnya penyalinan berkas video.
TBW Selama Hampir 3 Tahun
SMART (Self-Monitoring, Analysis and Reporting Technology) |